Para pengunjuk rasa memadati
lokasi dekat istana kepresidenan di Manila dan menuding Presiden Benigno Aquino
III mengabaikan warga muslim Filipina diburu hingga tewas oleh tentara
Malaysia.
Sekelompok warga negara itu,
disebut berjumlah 200-an orang, ditembaki dengan serangan udara dan mortir dari
darat Selasa (5/3) kemarin setelah beberapa insiden meletup menewaskan 27 orang
akibat klaim atas wilayah Sabah di Malaysia.
"Kepada Perdana Menteri
Malaysia Najib Razak, Muslim memerangi Muslim dan menumpahkan darah sesamanya,
sangat bertentangan dengan agama Islam," teriak Sharif Juhur Hali, yang
memimpin aksi protes di luar istana presiden di Manila.
"Mohon jangan gunakan
kekerasan untuk mengatasi konflik Sabah dan ambil langkah yang benar untuk
berembug dengan damai."
Selain warga muslim, kalangan
pegiat disebut pula terlibat aksi demo ini. Mereka juga berharap PBB akan turun
menengahi perseteruan, tulis kantor berita Associated Press.
Rumah ke rumah
Di lokasi bentrok Rabu (6/3)
ini tentara Malaysia memburu anggota klan asal Sulu, Filipina ke rumah-rumah
dan wilayah yang sempat diduduki para pendatang dalam konflik tiga pekan di
negara bagian Sabah.
Selasa (5/3) kemarin tentara
Malaysia meluncurkan serangan terhadap kelompok pendatang tersebut dengan
mengerahkan tentara darat dan udara melalui serbuan pesawat jet.
Namun seorang juru bicara
untuk kelompok 200-an warga Filipina di tempat itu yang mengklaim wilayah
konflik merupakan bagian dari Kesultanan Sulu, mengatakan berhasil menghindari
serangan.
Konflik berdarah ini telah
menewaskan 27 orang dan dua negara sudah mendapat tekanan agar segera
menyelesaikan krisis dengan cara damai.
Warga Filipina yang
berkonflik ini mendarat di desa pantai di Distrik Lahad Datu Sabah bulan lalu,
mengaku wilayah itu merupakan bagian dari kesultanan mereka di Sulu, Filipina
Selatan.
Para pendatang mengaku
sebagai anggota Angkatan Bersenjata Kesultanan Sulu dan merupakan keturunan
dari penguasa Sulu di wilayah selatan Filipina yang menguasai sebagian wilayah
Pulau Kalimantan selama berabad-abad dan kini menuntut pemerintah Malaysia agar
membayar biaya sewa untuk tanah mereka.
Sejak meletusnya kekerasan
antar dua pihak, di dua lokasi dalam tiga insiden, delapan anggota tentara
Diraja Malaysia tewas sementara dari kubu pendatang 19 tewas.
Pejabat Malaysia mengatakan
Selasa malam dalam operasi serbuan hari itu mereka tidak menemukan satu pun
anggota klan.
"Tindak lanjutan dan
pencarian dari rumah ke rumah" dilangsungkan Rabu (6/3) kata kantor berita
Malaysia, Bernama.
BBC
0 Comments