Beirut - Pasukan pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Sabtu
merebut satu distrik di kota Homs setelah melakukan serangan gencar yang menimbulkan
krisis kemanusiaan, kata satu kelompok pemantau.
"Tentara
melancarkan satu serangan beberapa hari lalu terhadap tempat permukimanan Deir
Baalbeh dengan gempuran bom, serta pertempuran dan serangan berlanjut sampai
pemberontak mundur," kata Observatorium Hak Asasi Manusia Suriah.
Kelompok
pemantau bermarkas di Inggris, yang mengandalkan laporannya dari satu jaringan
aktivis dan petugas medis di lapangan, mengatakan pihaknya tidak dapat
memberikan data mengenai jumlah korban dalam pertempuran itu karena
kesulitan-kesulitan komunikasi.
Kelompok
itu menyebutkan, pertempuran telah menyebabkan krisis kemanusiaan penduduk.
Kota itu disebut para aktivis anti-pemerintah sebagai "ibu kota
revolusi."
Di
tempat-tempat lain, tentara juga menggempur daerah yang dikuasai pemberontak di
sekitar kastel Crac des Chevallers, satu lokasi warisan dunia yang terdaftar di
UNESCO di barat Homs.
Di
utara, pertempuran berkobar di sekitar bandara militer Menagh dekat kota kedua
terbesar Suriah, Aleppo, setelah pemberontak berhasil menerobos pangkalan itu
Kamis setelah sebulan pengepungan, kata Observatorum itu.
Pasukan
Bashar menargetkan beberapa bagian dari Kota Aleppo dengan serangan roket-roket
malam hari, sementara bentrokan senjata tetap berlangsung.
Mereka
juga menggempur beberapa daerah di provinsi yang sama. Pasukan pemerintah juga
menembaki Provinsi Hama di Suriah tengah dan Daraa selatan, tempat seorang
disiksa sampai mati segera setelah ditangkap.
Juga
terjadi bentrokan senjata di daerah Deir Ezzor di wilayah timur negara itu.
Serangan-serangan udara dan artileri terjadi di beberapa lokasi dekat Damaskus
termasuk Daraya di barat daya yang tentara berusaha rebut kembali selama
beberapa minggu.
Observatorium
itu mengatakan setidaknya 153 orang tewas pada Jumat akibat aksi kekerasan di
seluruh Suriah, tempat pemberontakan pro-demokrasi meletus Maret 2011 yang
berubah menjadi pemberontakan bersenjata setelah tindakan keras berdarah
pasukan pemerintah.
Kelompok
pemantau itu menyatakan jumlah korban tewas dalam konflik itu lebih dari 45.000
orang.
0 Comments