Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono |
"Ingat, Indonesia tidak
pernah menggunakan pesawat tempur, helikopter, tank dan altileri untuk
menembaki, membunuh rakyatnya sendiri. Tidak di Aceh, di Papua tidak
dimana-mana," ujar Presiden SBY saat briefing dengan menteri-menteri
ekonomi di Hotel Adlon Kempinski, Berlin, Jerman, Senin (4/3/2013).
SBY mengungkapkan hal itu
untuk mengingatkan para menteri saat pertemuan dengan Presiden Jerman Joachim
Gauck dan Kanselir Jerman Angela Merkel saat berkunjung ke Indonesia beberapa
waktu lalu. Saat itu SBY dan Merkel menandatangani Jakarta Declaration di mana
hal itu merupakan kerja sama antara Jerman dan Indonesia.
"Waktu itu banyak isu di
eropa menyangkut kekhawatiran kalau kerja sama industri pertahanan termasuk
pembelian alutsista TNI, maka rawan bagi eropa karena Indonesia dulunya
dianggap negara pelanggaran HAM. Saudara masih ingat dalam join confrence di
Istana Negara bersama Merkel?" imbuhnya.
Dalam pertemuan itu SBY
menegaskan alutsista memang tidak untuk digunakan untuk berperang. Sehingga
para pemimpin Jerman tersebut yakin bahwa Indonesia bukanlah negara pelanggar
HAM.
"Mereka menganggap
Indonesia memiliki ekonomi kuat, tidak punya hutang sebesar negara lain saat
ini. Kita punya financial capabality untuk pengadaan alutsista," paparnya.
Sebelumnya saat di Istana
Negara, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan alutsista dari eropa
timur lebih murah dan memiliki frame yang kuat dan kokoh. Selain itu dari segi
teknologi, alutsista dari eropa timur tidak kalah dengan alutsista dari negara
lainnya.
"Sebetulnya imbang juga,
kayak Sukhoi. Itu sebetulnya Sukhoi yang kita punya compareable untuk F-15 di
mana negara tetangga kita kan juga punya F-15. Bahkan kemarin waktu latihan
bersama di Australia dengan Super Hornet, kita cukup bisa mengimbangi mereka,
cukup baik. Ya kita memberikan perkembangan modernisasi TNI, sekarang ini kan
cukup besar dan beberapa memang dari Jerman," kata Purnomo, Jumat (1/3).
Kemenhan sendiri sejauh ini
tidak akan menambah alutsista dari Jerman. Sebab, sebelumnya sudah ada kerja
sama pengadaan tank Leopard dan tank Marder yang kini dimiliki TNI Angkatan
Darat.
"(Kerja sama lagi)
Belum. Ini just in case saja. Kan presiden akan bertemu pimpinan negara di
sana, bicara berbagai sektor kan harus siap. Tidak ada kan lagi proses akhir,
dalam arti kata sekarang kita kan akan dapat cukup banyak dari sana,"
imbuhnya.
0 Comments