Uji coba Rudal Yakhont TNI AL |
Esensi beralutsista adalah
memahami kebutuhan salah satu organ tubuh itu, tangan dan kaki, untuk mampu
menjalankan fungsinya sebagai anggota gerak yang diandalkan jika suatu saat
diperlukan melindungi organ tubuh yang lain.
Militer dan alutsista adalah instrumen yang tak dapat dipisahkan. Jadi sangat lucu jika militer kuat secara
postur fisik orangnya, jago bela diri, tahan uji di hutan tetapi alutsistanya
masih sekelas S60 (maksudnya sekelas tahun 60an). Makanya mendandani militer
kita merupakan kewajiban mutlak seirama dengan kemajuan ekonomi yang telah kita
dapatkan saat ini. Hanya orang-orang
yang sableng saja yang mengatakan tidak perlu kita memiliki militer yang
kuat. Atau mereka yang memang punya
tujuan hendak membonsai militer karena memang dibayar untuk itu atau karena
punya kebencian yang mendalam.
Diantara semua argumen yang
disuarakan pihak sableng itu untuk tidak menganggap penting mempersenjatai
tentara dengan alutsista modern karena
sepanjang perjalanan bangsa ini relatif tidak ada ancaman terhadap
eksistensi bangsa. Tidak ada perang
terbuka dengan negara tetangga. Ini beda
dengan India dan Pakistan yang sudah lebih dari sekali terlibat perang
terbuka. Perang terbuka tahun 1971
akhirnya melahirkan negara Bangladesh yang sebelumnya bernama Pakistan
Timur. Merasa dipermalukan India,
Pakistan memperkuat militer dan persenjataannya termasuk senjata nuklir. India juga tak mau kalah dengan membangun
militernya secara besar-besaran termasuk kekuatan nuklirnya.
Adalah sebuah kekeliruan jika
kita mengabaikan pembangunan kekuatan militer oleh sebab yang disebut tadi,
tidak ada ancaman. Ada atau tidak ada
ancaman perjalanan bangsa ini mesti
dikawal dengan kekuatan militer yang memadai karena militer itu senyawa dengan
perjalanan eksitensi bangsa. Militer itu
organ tubuh negara, bagian yang tak terpisahkan ketika bangsa ini membangun
kesejahteraan dan ketahanan ekonominya. Seirama dengan itu memperkuat militer
dengan alutsista modern adalah kesetaraan yang mesti dikedepankan tanpa
bermaksud mentang-mentang.
Maka dengan kelapangan cara
pandang, selayaknya kita terus menerus mempersiapkan kekuatan militer dengan
memberinya gizi yang setara dengan kemajuan ekonomi yang didapat. Tidak terbantahkan memang, perjalanan
pertumbuhan ekonomi selama 9 tahun terakhir cukup membungakan hati sehingga
pada akhirnya kita bisa membangun kekuatan militer setelah sekian lama puasa alutsista. Jangan lupa perjalanan pemerintahan SBY
selama 9 tahun ini prioritas tamanya adalah pembangunan ekonomi. Artinya selama 6 tahun pertama belum ada yang
signifikan dalam belanja alutsista kita, ya se adanya saja. Baru 3 tahun terakhir ini belanja alutsista
dijalankan dengan argo penuh untuk mempercepat modernisasi alutsista TNI.
Tahun 2014 nanti ketika SBY
mengakhiri perjalanan pemerintahnya dengan 2 kali masa jabatan, pada saat itu
sudah banyak aluistsista yang berdatangan.
Meski begitu untuk ukuran kekuatan ideal, belanja alutsista sampai tahun
2014 belumlah masuk kategori gahar.
Kedatangan berbagai jenis alutsista baru itu hanya untuk menutupi
kekurangan alutsista yang sangat bersahaja dan kurang gizi. So sampai tahun 2014 sejatinya kita baru
sampai pada tahap memulihkan “kesehatan gizi” alutsista, kita baru sembuh,
saudaraku.
Itulah sebabnya cerita
pengadaan alutsista di periode berikutnya tahun 2015-2019 dengan figur
kepemimpinan yang baru adalah kunci menuju kekuatan kesetaraan dengan negara
sekitarnya. Oleh sebab itu perlu selalu dikumandangkan cara pandang
pemerintahan eksiting sekarang ini untuk disambung dengan kebijakan yang sama
dan sebangun dengan next government.
Meneruskan program penguatan alutsista TNI. Jangan sampai ketika gizi alutsista sudah
sampai pada taraf kesehatan gizi lantas dibiarkan lagi karena menganggap sudah
cukup. Teknologi apapun dalam ruang
kekinian termasuk teknologi alutsista merupakan “makhluk ciptaan” yang berusia
pendek. Hari ini kita membeli atau memproduksi satu jenis alutsista dengan
teknologi terkini, lima tahun lagi sudah ada edisi tercanggihnya. Nah itulah salah satu argumen mengapa kita
harus terus memperbaharui alutsista.
Bangsa ini akan terus
menapaki jalan kehidupannya, melintas dalam pembaharuan waktu dan upaya
mensejahterakan sumber daya manusianya.
Kita akan terus menjalani ruang waktu ini bersama konektivitas dan
hubungan antar bangsa yang dinamis dan simbiosis. Peran militer adalah untuk mengawal dan
menjaga kewibawaan hubungan yang dinamis itu utamanya memelihara kewibawaan
bernegara dari rangsangan pihak luar yang hendak bersitegang. Negara yang punya militer kuat, tentu dengan
kemajuan ekonomi yang signifikan, memberikan nilai tambah dalam spirit
nasionalisme. Spirit kebangsaan itu sudah ada dalam naluri anak bangsa. Kebanggaan itu akan semakin sempurna manakala
kita punya kekuatan militer dengan alutsista yang canggih. Itulah sejatinya esensi beralutsista.
0 Comments