Pesawat Tempur Gripen Thailand |
Negara
adidaya tersebut mengharapkan seluruh pembelian senjata oleh negara-negara di
kawasan ini adalah bagian dari rencana jangka panjang negara bersangkutan,
bukan sebatas reaksi atas apa yang dilakukan negara tetangga.
Demikian
diungkapkan Mark W Lippert, Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Urusan Keamanan
Asia Pasifik (APSA), kepada Kompas, di Jakarta, Senin (10/12/2012). Saat
wawancara, Lippert didampingi Duta Besar AS untuk Indonesia Scot Marciel.
Lippert
mengatakan, AS hingga saat ini belum melihat perlombaan senjata di
negara-negara Asia Tenggara. Menurut dia, kenaikan belanja persenjataan di
kawasan itu masih dalam batas wajar terkait pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
"Negara-negara,
seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam, telah berhasil secara ekonomi dan
mempunyai kebutuhan sah untuk memodernisasi dan memprofesionalkan militer
mereka," ungkap Lippert.
Meski
demikian, ia mengingatkan agar pertumbuhan belanja militer itu tetap dijaga
dalam kerangka rencana jangka panjang yang jelas.
"Kami
tidak ingin melihat suatu negara melakukan pembelian (senjata) hanya karena
tetangganya membeli (senjata) itu. Kami ingin pembelian itu dilakukan dalam
sebuah kerangka perencanaan. Perencanaan yang didasarkan pada situasi ekonomi
suatu negara dan kebutuhan keamanan yang terkait," ujarnya.
Peningkatan
belanja
Seperti
diwartakan selama ini, negara-negara di Asia Tenggara seolah sedang berlomba
melengkapi angkatan bersenjata mereka dengan persenjataan terbaru. Menurut buku
The Military Balance 2012 yang disusun International Institute for Strategic
Studies (IISS), belanja sektor pertahanan di kawasan Asia Tenggara secara
keseluruhan naik 4,85 persen dalam periode 2010-2011.
Vietnam,
misalnya, membeli enam kapal selam kelas Kilo dari Rusia pada 2009 dan 12 unit
pesawat tempur Sukhoi Su-30MK2 pada 2010. Singapura membeli dua kapal selam
kelas Archer dari Swedia pada 2011 dan 12 unit pesawat tempur F-15SG dari AS
pada 2007.
Thailand
tercatat membeli 49 unit tank tempur utama T-84 Oplot dari Ukraina pada 2011
dan 6 pesawat tempur Gripen dari Swedia pada 2010. Bahkan, Myanmar pun tercatat
membeli 20 pesawat tempur MiG-29 Fulcrum dari Rusia pada 2009.
Indonesia
sendiri diketahui sedang dalam proses pembelian tank tempur utama Leopard dari
Jerman, kapal selam dari Korea Selatan, dan mendapat hibah pesawat tempur F-16
dari AS.
Kompas
0 Comments