Gedung Putih hari Jumat mengecam keputusan Israel membangun 3.000 rumah
baru pemukim di Yerusalem Timur dan Tepi Barat sebagai "kontraproduktif"
dan mengatakan, hal itu akan mempersulit pembukaan kembali perundingan
perdamaian.
"Kami mengulangi penentangan lama kami atas
pengumuman dan pembangunan permukiman di Yerusalem Timur. Kami yakin
tindakan ini kontraproduktif dan semakin mempersulit pembukaan kembali
negosiasi langsung atau mencapai solusi dua negara," kata juru bicara
Dewan Keamanan Nasional AS Tommy Vietor.
"Negosiasi langsung
tetap menjadi sasaran kami dan kami mendorong semua pihak mengambil
langkah-langkah untuk mempermudah pencapaian tujuan itu," kata Vietor.
Sebelumnya,
Israel mengungkapkan rencana-rencana pembangunan rumah baru itu setelah
Palestina memperoleh pengakuan sebagai negara non-anggota di PBB.
Menurut
seorang pejabat Israel kepada AFP, Perdana Menteri Israel Benjamin
Netanyahu memutuskan membangun 3.000 rumah sebagai tanggapan atas
keberhasilan Palestina di PBB.
Laporan-laporan media mengatakan,
beberapa dari rumah-rumah baru itu akan dibangun di E1, sebuah daerah
sangat kontroversial di Tepi Barat yang menghubungkan wilayah caplokan
Yerusalem Timur dengan permukiman Maaleh Adumim.
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengutuk pembangunan itu sebagai agresi Israel terhadap sebuah negara.
Israel
sebelumnya telah berjanji membekukan proyek E1 sebagai bagian dari
komitmennya sesuai dengan peta jalan internasional bagi perdamaian yang
diluncurkan pada 2003.
Palestina menentang keras proyek itu
karena sama saja dengan membelah Tepi Barat menjadi dua bagian, yang
membuat rumit pembentukan negara Palestina.
Palestina ingin
Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka dan sangat menentang
rencana perluasan Maaleh Adumim, yang terletak lima kilometer dari ujung
timur kota itu.
Dalam pemungutan suara pada Kamis di New York,
Mejelis Umum PBB menyetujui sebuah resolusi yang mengakui Palestina
dalam perbatasan 1967 sebagai sebuah negara pengamat non-anggota di
badan dunia tersebut.
ROL
0 Comments