Jakarta -
Kepala Dinas Penerangan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Laksamana
Pertama Manahan Simorangkir mengatakan TNI AL akan menenggelamkan tiga kapal
nelayan asing ilegal di perairan Natuna, Kepulauan Riau, Jumat pekan ini.
Ketiga kapal tersebut akan ditenggelamkan setelah seluruh awaknya menjalani
proses hukum di pengadilan.
"Ini
adalah upaya kami menindak tegas kapal yang melanggar hukum," kata Manahan
dalam siaran pers, Kamis, 4 Desember 2014. (Baca juga: Moratorium Menteri Susi
Diprotes, Tanda Ada Mafia )
Menurut
Manahan, upaya menenggelamkan kapal ilegal tersebut bukan pertama kalinya
dilakukan TNI AL. Angkatan Laut sedikitnya pernah empat kali menenggelamkan
kapal asing yang mencuri ikan di perairan Nusantara. (Lihat Foto: Menteri Susi
Tangkap 5 Kapal Asing Pencuri Ikan). Berikut ini aksi TNI AL menenggelamkan
kapal ikan ilegal:
Januari 2003
Kapal perang
KRI Untung Suropati menembak hingga tenggelam empat kapal nelayan asing ilegal
berbendera Filipina di perairan Sulawesi. Keempat kapal tersebut bernama F/BCA
Samy, Sea Sam Pedro, F/BCA Aneka Dos, dan F/BCA Marife 02. Menurut Manahan,
pemerintah Filipina sempat mengajukan protes. Namun TNI AL bergeming dengan
alasan penembakan dan penenggelaman kapal sudah sesuai dengan prosedur yang
benar. "Keempat kapal itu berusaha melarikan diri dan tak mengidahkan
tembakan peringatan," katanya.
April 2003
Kapal perang
KRI Todak menjadi algojo bagi kapal ikan ilegal berbendera Thailand di perairan
Kepulauan Anambas. Sebelum dikaramkan, awak kapal bernama KM Mina Bhakti itu
sudah dievakuasi oleh KRI Todak.
Oktober 2003
Dua kapal
perang TNI AL, yakni KRI Cut Nyak Dien dan KRI Anakonda, menjadi eksekutor
penenggelaman dua kapal ikan ilegal berbendera Thailand. Kapal bernama KM Bumi
Marina-006 dan KM Bumi Marina-027 itu tenggelam di perairan Selat Gelasa,
Bangka Belitung.
November
2003
Giliran KRI
Sura yang menghajar KM Karunia Laut I berbendera Thailand hingga amblas ditelan
Laut Jawa. Atas peristiwa penenggelaman kapal tersebut, Perdana Menteri
Thailand saat itu, Thaksin Shinawatra, menyebut aksi Indonesia terlalu
berlebihan.
0 Comments