KRI |
Batam - KRI
Barakuda-633 dan KRI Todak-631 bergerak meninggalkan pelabuhan Batam. Kedua
kapal itu akan patroli, dan siap menembak serta menenggelamkan kapal ikan asing
yang mencuri di perairan Indonesia.
Puluhan
wartawan dari berbagai media, termasuk detikcom tiba di pelabuhan Batam, Kamis
(4/12/2014). Semua kemudian masuk berpencar ke KRI Barakuda-633 dan KRI
Todak-631yang bersandar di lokasi.
"Saya
mewakili Komandan KRI Barakuda mengucapkan selamat datang," ucap Perwira
Pelaksana Lettu Laut (E) Rouli Jonathan kepada wartawan di atas kapal.
Para
prajurit KRI Barakuda dan KRI Todak kemudian memandu para wartawan untuk
pembagian kamar, dan memberi tahu berbagai lokasi di kapal. Tak lama, kedua
kapal itu pun menaikkan jangkar untuk kemudian berpatroli.
"Persiapan
kapal akan berlayar dan bertempur," demikian terdengar suara dari pengeras
suara. Pluit panjang pukul 15.30 WIB kemudian menjadi penanda KRI Barakuda-633
dan KRI Todak-631 berangkat patroli.
Kedua kapal
tersebut akan berpatroli di daerah kepulauan Riau, tepatnya ke daerah Pulau
Tarempa. Dari Batam menuju ke lokasi ini diperkirakan memakan waktu sekitar 12
jam.
KRI
Barakuda-633 yang dikomandani Mayor Laut (P) Saryanto ini berukuran besar. Tepatnya
panjang 58,10 meter, lebar 7,62 meter dan tinggi 23,10 meter. Kapal cepat ini
daya jelajah maksimalnya hingga 28 knot
KRI
Barakuda-633 yang dibuat di Galangan Kapal PT. PAL Indonesia ini juga
dilengkapi persenjataan canggih. Yakni, 1 meriam kaliber 40 mm dan 2 buah
meriam kaliber 20 mm. Di bagian atasnya juga terdapat landasan helikopter.
Terkait
patroli, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti merasa miris dengan
banyaknya ikan di perairan Indonesia yang dicuri kapal-kapal Asing. Ia dan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemudian sepakat tegas memerintahkan agar kapal
asing pencuri ditembak dan ditenggelamkan.
Kepala Staf
Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio dan jajarannya pun mengaku siap
menembak dan menenggelamkan kapal asing yang mencuri di perairan Indonesia.
Katanya, tak ada kompromi bagi pelecehan kedaulatan negara.
"Kita
harus berkomitmen bahwa tidak ada kompromi dengan pelanggaran hukum, apalagi
berkolaborasi. Bila menyangkut kedaulatan negara dan kewibawaan bangsa sudah
diganggu, tidak ada tawar menawar lagi. Kita harus berani serta tegas menghadapinya,"
kata Marsetio.
Detik
0 Comments