Qaher 313 |
Pemerintah Iran akhirnya secara resmi menyatakan jika
pihaknya memang telah menyerang kantong-kantong pasukan militan ISIS di Irak,
Jumat kemarin, 5 Desember 2014. Penyerangan itu dilakukan dengan melibatkan
sejumlah pesawat jet-jet tempur mereka.
Dilansir Guardian, Sabtu 6 Desember 2014, pernyataan ini
merupakan konfirmasi resmi pertama dari Pemerintah Iran, setelah sebelumnya
menyangkal melakukan serangan terhadap kelompok ISIS. Serangan itu dikatakan
ditempuh atas permintaan Pemerintah Irak, dan tidak dikoordinasikan dengan
pemerintah Amerika Serikat.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Ebrahim Rahimpour,
mengatakan, tujuan dari serangan itu ialah membela kepentingan Pemerintah Irak
dan wilayah otonomi Kurdi di utara negara itu. Mereka diketahui sama-sama
memerangi gerakan ISIS.
"Dalam hal ini, kami tidak memiliki koordinasi dengan
Amerika. Kami sudah berkoordinasi hanya dengan Pemerintah Irak," kata
Rahimpour kepada Guardian.
"Secara umum, setiap operasi militer untuk membantu
Pemerintah Irak sesuai dengan permintaan mereka. Kami tidak akan membiarkan
kondisi di Irak turun ke tingkat Suriah, yang telah diciptakan oleh pemain
asing. Dan tentu bantuan kami (ke Irak) lebih kuat dari bantuan kami ke Suriah,
karena mereka lebih dekat kepada kita."
Para pejabat Iran awalnya membantah melakukan serangan udara
di Irak meskipun video yang disiarkan oleh Al Jazeera pekan ini menunjukkan
beberapa pesawat tempurnya melakukan penyerangan.
Pentagon kemudian menegaskan pesawat Iran telah beraksi,
namun menekankan belum ada koordinasi dengan pasukan AS. Mereka dikatakan telah
melakukan beberapa serangan udara terhadap sasaran ISIS.
Sementara itu, Duta Besar Amerika yang baru di Baghdad,
Stuart Jones, mengatakan, sebagai tetangga, Iran memainkan peran penting dalam
memerangi ISIS.
"Mari kita hadapi itu," kata Jones kepada
Associated Press. "Iran adalah tetangga yang penting bagi Irak. Harus ada
kerja sama antara Iran dan Irak. Iran berbicara dengan pasukan keamanan Irak,
dan kami sedang berbicara dengan pasukan keamanan Irak," tuturnya. (ren)
0 Comments