Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono |
Panglima TNI Laksamana TNI
Agus Suhartono mengungkapkan, dinamika dan keriuhan dalam pengadaan alutsista
TNI selama tiga tahun belakangan ini, semakin memberikan kedewasaan peran bagi
TNI, sekaligus hikmah yang cukup berarti.
Namun yang pasti, kesungguhan
pemerintah saat ini dalam menata pertahanan dan keamanan negara, tidak hanya
diproyeksikan untuk menghadapi musuh dari luar, tetapi juga secara cerdas
pemerintah telah menyiapkan kemungkinan berkembangnya perang hibrida dan
masalah terorisme di dalam negeri.
Hal tersebut diungkapkan
Panglima TNI dalam amanat tertulis yang dibacakan Kepala Staf Kodam Iskandar
Muda Brigjen TNI Suhastir Susmex saat bertindak sebagai Inspektur Upacara pada
upacara Bendera 17-an bulan Februari Tahun 2013 di Lapangan Neusu Jaya Banda
Aceh, Senin (18/2).
Tren Baru
Dalam upacara yang diikuti
para Asisten, Kabalak, Pamen, Pama dan seluruh anggota serta PNS Kodam Iskandar
Muda, Panglima menyatakan, dewasa ini beberapa negara maju telah mengarahkan
perhatian secara khusus kepada tren baru ancaman, yang populer disebut sebagai
perang hibrida (hybrid war).
Perang hibrida ini merupakan
sebuah strategi militer yang memadukan antara perang konvensional, perang yang
tidak teratur dan ancaman cyber warfare, baik berupa serangan nuklir, senjata
biologi dan kimia, alat peledak improvisasi dan perang informasi.
Oleh karena itu, menghadapi
segala kemungkinan ancaman perang hibrida tersebut, TNI harus mampu merespon
dan segera beradaptasi dengan situasi yang berkembang agar dapat mengantisipasi
serta mengatasinya secara lebih cepat dan tepat.
Sebagai contoh, pengadaan
pesawat tempur sergap Super Tucano yang sejalan dengan pengadaan pesawat
Counter Insurgency (Coin) TNI AU, adalah suatu langkah guna mengantisipasi
kemungkinan berkembangnya aksi insurjensi atau aksi terorisme. Demikian pula
pembelian dan pengadaan alutsista matra darat dan laut yang dimaksudkan pula
untuk menghadapi ancaman Perang Hibrida tersebut.
Selanjutnya Panglima berharap
kepada seluruh jajaran TNI untuk tetap menjaga kesiapsiagaan dengan senantiasa
meningkatkan kemampuan, baik aspek kemampuan analisis, maupun aspek kapasitas
serta kapabilitas personel dan satuan, dihadapkan kepada perkembangan fenomena
yang terjadi.
Panglima juga berpesan untuk
mengoptimalkan peran dan tugas TNI di tahun 2013 dan diharapkan kepada seluruh
pimpinan satuan di jajaran TNI untuk terus mendesiminasikan dan
mensosialisasikan "Lima Belas Butir Kebijakan Panglima TNI", yang
telah ditetapkan pada Rapim TNI 2013.
"Apa yang sudah
diputuskan dalam Rapim TNI harus bisa dijabarkannya dalam program kerja satuan
pada tataran praksis, sesuai kondisi dan karakter daerah masing-masing,"
tegasnya.
1 Comments
Penjelasan lain lebih detail mengenai perang hibrida http://artikel-militer.blogspot.com/2014/03/perang-hibrida-dalam-era-teknologi.html
ReplyDelete