BOM ISRAEL TEWASKAN 11 ANGGOTA KELUARGA

Gaza City, Padek—Tidak lama setelah di­wawancarai CNN kemarin, Duta Besar Is­rael untuk Amerika Serikat Michael Oren langsung mem-posting tweet di akun Twitter pribadinya, @Ambas­sa­dorOren: “Baru saja dari studio #CNN: #Israel bersedia bernegosiasi de­ngan #Hamas asalkan mereka ber­henti me­nembakkan roket ke wilayah kami.”

Jelas itu sebuah kabar baik. Israel yang se­lama ini tidak mau mengakui Ha­mas dan me­ngecapnya sebagai or­ga­ni­sasi teroris ber­sedia duduk bersama un­tuk mengakhiri kon­flik berdarah yang ber­langsung sejak Rabu lalu (14/11) dan hing­ga kemarin telah me­nelan 92 korban te­­was dan 720 luka di Ja­lur Gaza dan tiga me­n­inggal serta 15 luka di Israel.

Tetapi, sayang, kabar baik itu tidak ber­umur panjang. Seperti dilansir situs be­rita on­­line Al Arabiya, hanya berse­lang menit, Oren langsung menghapus dan meralat tweet-nya tadi.

“Koreksi, tweet saya sebelum ini tentang wawancara CNN te­lah salah dikirim salah seorang staf. #Hamas jelas bukan partner untuk menegosiasikan per­da­maian,” tulis Oren.

Bantahan Oren itu seolah se­kal­igus menggambarkan sulit­nya mewujudkan gencatan sen­jata. Kemarin, Sekjen PBB Ban Ki-moon memang sudah men­darat di Kairo untuk meme­dia­tori perundingan damai ber­sa­ma Mesir antara Israel dan Ha­mas. Koran yang terbit di Tel Aviv, Haaretz, juga menga­bar­kan, de­legasi Israel telah pula be­rang­kat menuju Kairo. Khalid Mes­­­haal, pentolan Hamas, ke­ma­­­rin sudah bertemu dengan Pre­­­siden Mesir Mohamed Mo­r­si.

Tetapi, tetap tidak ada jami­nan gencatan senjata bakal di­se­pakati. Padahal, korban de­mi kor­ban terus berjatuhan di Ga­za karena gempuran udara Is­rael. Sepanjang hari kemarin, se­ti­­daknya 80 misil ditem­bakkan pe­sawat-pesawat tempur Negeri Zionis tersebut.

Dari 92 korban tewas, 31 di an­taranya sepanjang hari kema­rin di Gaza, hampir separuh­nya adalah warga sipil. Dari sekitar 1,7 juta jiwa penghuni enklaf yang dikua­sai Hamas sejak 2007 itu, nyaris setengahnya adalah anak-anak.

Kemarin, 11 anggota keluar­ga besar Mohammad Dalou, se­orang petinggi Hamas, turut menjadi korban tewas setelah ke­diaman mereka di Distrik Sheikh Radwan, Gaza City, han­cur terkena misil Israel. Dari 11 kor­ban itu, hanya dua yang laki-la­ki dewasa (tidak termasuk Da­lou). Sisanya adalah perem­puan (lima) dan anak-anak (empat).

Tragisnya lagi, mengutip se­buah sumber di Pasukan Perta­ha­nan Israel (IDF), Haa­retz me­lan­sir kalau misil yang meng­han­curkan kediaman Dalou itu se­sungguhnya salah sasaran. Se­bab, yang ditarget sejatinya ada­lah Yehiya Rabiah, kepala unit peluncuran roket Hamas.

Terjadinya kesalahan teknis itu juga diakui Juru Bicara Mi­liter (IDF) Yoav Mordechai. “Me­mang benar serangan itu me­ng­aki­batkan korban jiwa war­ga sipil,” kata Mordechai.

Tentu saja kebrutalan yang kembali diperlihatkan Israel itu di­kecam luas. Perdana Menteri Pa­l­estina, Ismail Haniya mengu­tuknya sebagai pembantaian mengerikan. Dari Kairo, sembari meminta dua pihak menahan diri, Ban Ki-moon juga menyam­paikan belasungkawa, tidak ha­nya kepada Keluarga Dalou, te­tapi juga seluruh warga Gaza.

“Pembantaian keluarga Da­lou itu pasti akan kami balas.” De­mikian bunyi pernyataan res­mi Brigade al-Qassam, sayap mi­liter Hamas, seperti dikutip ko­ran Inggris The Guardian.

Pemandangan mengerikan juga tersaji di bagian lain Gaza City. Sebuah rumah dua lantai rata dengan tanah setelah diter­jang roket Israel, meng­akibatkan em­pat orang meninggal dan 42 lain­nya terluka. “Dua di antara­nya adalah anak-anak,” kata Ashraf al-Kidra, seorang pejabat Ke­menterian Kesehatan Pales­tina di Gaza, kepada BBC.

Gempuran 1.350 misil yang di­tembakkan Israel sejak Rabu lalu juga menimbulkan ancaman kelaparan dan kekurangan air bersih. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, ada ratusan ribu anak-anak yang kini terje­bak di tengah kondisi tanpa lis­trik dan minimnya bahan ma­ka­nan serta air bersih.

Sebanyak 25 sekolah, dua klinik kesehatan, dan sebuah rumah sakit juga rusak karena se­rangan Israel. Praktis hanya Ru­mah Sakit al-Shifa di Gaza City yang menjadi andalan war­ga setempat.

Sementara itu, sebanyak 550 aktivis Mesir kemarin menem­puh risiko menuju Gaza melalui Ra­fah. Seperti dilaporkan Al Ahram, para peserta aksi yang di­maksudkan sebagai bentuk so­lidaritas kepada Gaza itu di­angkut dengan delapan bus dan beberapa kendaraan kecil.

Di Gaza, mereka langsung menuju Al-Shifa, pusat pertolo­ngan kesehatan bagi para warga Ga­za yang terkena dampak se­ra­ngan Israel. “Kami ingin dunia be­r­satu mencegah pembantaian terhadap para warga sipil tidak ber­senjata,” ujar Mahmoud Ali, s­a­lah seorang peserta aksi, kepa­da kantor berita Mesir MENA.

Bersatu

Yang juga membesarkan ha­ti warga Palestina, Hamas dan Fa­­tah, dua faksi Palestina ter­be­sar yang selama ini ber­musu­han, se­pakat untuk mengakhiri per­se­t­eruan. Kesepakatan itu dica­pai di Ramallah, Tepi Barat, dan didasari pada kegeraman atas kekejian yang dilakukan Israel selama lima hari ini di Gaza.

“Mulai sekarang kami umum­kan bahwa kami (Fatah dan Hamas) telah mengakhiri per­­selisihan,” ujar petinggi Fatah Ji­bril Rajoub di hadapan 1.000 de­monstran Palestina yang mem­protes pembantaian di Ga­za, seperti dikutip AFP.

Dari Hamas, yang hadir adalah para petingginya yang ber­kedudukan di Tepi Barat, wi­layah tempat Pemerintahan Oto­ritas Palestina yang dikuasai Fa­tah bercokol. Juga turut m­e­nyak­­sikan dan menyepakati wa­kil dari kelompok radikal Pales­tina, Jihad Islam. “Siapa pun yang bicara soal perselisihan hari ini adalah penjahat,” kata Mah­m­oud al-Ramahi, salah seorang pe­­tingg­i Hamas.

Pengumuman bersatunya Fa­tah dan Hamas itu langsung di­sambut gemuruh para de­mons­tran. “Bersatu, bersatu,” te­r­iak mereka. “Tembak Tel Aviv, tembak Tel Aviv.”  Pada April 2011, sebenarnya Fatah dan Ha­mas sudah sepakat berdamai. Te­­tapi, kesepakatan itu akhirnya be­rantakan saat keduanya ber­teng­kar mengenai format ka­binet karteker.

Motif Politik

Pakar Hukum Internasional dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Prof Firman Ha­san menilai, serangan Israel ke Gaza lebih banyak muatan po­litis menjelang Pemilu Israel 22 Januari 2013 mendatang. Per­dana Menteri Israel Benja­min Netanyahu memberi isya­rat dirinya mampu membela Israel se­cara keras. “Makanya hingga sa­tu, dua bulan ke depan jelang pe­­milu Israel, kondisi ini (per­tem­puran Israel-Hamas, red) akan terus terjadi,” katanya kepada Padang Ekspres, tadi malam (19/11).

Padang ekspres

Post a Comment

0 Comments