Tiga pesawat tempur Sukhoi milik Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dikirim dari Pangkalan Utama Angkatan Udara (Lanud) Sultan Hasanudin,
Makassar, ke Bandara Juwata, Tarakan, Kalimatan Utara. Jet tempur itu tiba di
Juwata pukul 10.20 Wita, Senin, 24 November 2014.
Pesawat tempur skuadron udara 11 itu disiagakan di Tarakan
untuk mengamankan perairan Ambalat dan kawasan laut perbatasan Indonesia dengan
Malaysia. Itu menyusul peningkatan intensitas kapal-kapal angkatan laut dan
udara Malaysia melanggar batas wilayah perairan Indonesia di Ambalat.
Komandan Satuan Tugas Pertahanan Udara dari Lanud Makassar,
Kolonel Pnb Fajar Adriyanto, mengatakan bahwa pengamanan di Tarakan memang
agenda rutin. Tapi dia juga membenarkan adanya kapal dan pesawat Malaysia yang
dengan sengaja melanggar batas wilayah, khususnya di perairan Ambalat.
Asisten Intelijen Kosekhanudnas II, Letkol Bambang (PNB)
Juniar, sebelumnya mengatakan bahwa kapal perang Malaysia kembali melanggar
batas wilayah di perairan Ambalat. Dalam kurun waktu satu bulan terakhir,
Malaysia sudah melanggar tiga kali.
Berdasarkan pantauan Kosekhanudnas II, Malaysia benar-benar
menganalisis kondisi Indonesia. "Contoh, kalau kita ada konsentrasi di
pengamanan Pemilu Presiden, mereka masuk. Lalu semua pesawat kita lagi
konsentrasi fly pass di Surabaya, mereka nongol lagi," katanya.
Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Tarakan, Letkol
Laut (P) Aries Cahyono, juga membenarkan adanya pelanggaran batas wilayah dari
Malaysia beberapa bulan ini. Terakhir, kata dia, Kapa Diraja Pari milik
Malaysia masuk ke Ambalat pada 3 November 2014.
Laporan dari dua KRI di Ambalat, yakni Diponegoro dan Tedung
Selar, Kapal Diraja Pari dipergoki saat sudah masuk hampir 4 mill ke daerah
perbatasan Malaysia. Bahkan, sudah mendekati Karang Unarang.
"Kalau ada upaya mencuri masuk seperti itu, jika
ketahuan, ya, kita menghalau," ucapnya.
Ambalat adalah blok laut luas mencakup 15.235 kilometer
persegi yang terletak di Laut Sulawesi atau Selat Makassar dan berada di dekat
perpanjangan perbatasan darat antara Sabah, Malaysia, dan Kalimantan Timur,
Indonesia.
Penamaan blok laut ini didasarkan atas kepentingan
eksplorasi kekayaan laut dan bawah laut, khususnya dalam bidang pertambangan
minyak.
0 Comments